
Pendahuluan
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan mendefinisikan tentang pengertian ketahanan pangan, yaitu terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya masyarakat untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan mendefinisikan tentang pengertian ketahanan pangan, yaitu terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya masyarakat untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.
Provinsi Banten yang terletak di Pulau Jawa terkenal dengan kekayaan sumber daya alam dan budayanya, termasuk beragam pangan lokal yang berpotensi meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah provinsi Banten dan masyarakat setempat telah berupaya mengembangkan dan mempromosikan pangan lokal sebagai alternatif yang sehat dan berkelanjutan. Komentar saya juga akan menjelaskan bagaimana makanan lokal berpindah dari pertanian ke tempat lain dan dampaknya terhadap kesejahteraan masyarakat lokal.
Pangan Lokal yang Beragam
Banten memiliki berbagai jenis pangan lokal yang unik dan kaya gizi. Beberapa di antaranya termasuk ubi jalar, ganyong, garut, uwi ungu, dan talas beneng. Talas beneng, khususnya, telah menjadi kebanggaan daerah ini karena kualitasnya yang tinggi dan kemampuannya untuk tumbuh di berbagai kondisi tanah. Selain itu, ada juga sorgum atau jagung cantel yang mulai diperkenalkan sebagai sumber karbohidrat alternatif.
Talas beneng adalah salah satu komoditas unggulan dari Banten yang memiliki banyak kelebihan. Umbinya bisa tumbuh besar, bahkan mencapai berat hingga 20 kg dalam waktu dua tahun. Talas ini memiliki kandungan gizi yang baik, dengan protein sekitar 2,01%, karbohidrat 18,30%, dan kalori 83,7 kkal per 100 gram. Dengan kualitasnya yang tinggi dan kemampuannya untuk tumbuh di berbagai kondisi tanah, talas beneng menjadi alternatif yang baik untuk menggantikan beras dan tepung terigu dalam pola makan sehari-hari. Tanaman ini dapat ditemukan tumbuh liar di sekitar kawasan Gunung Karang, Kabupaten Pandeglang, menunjukkan potensi besar untuk dikembangkan lebih lanjut.
Selain talas beneng, Banten juga memiliki berbagai jenis umbi-umbian lainnya seperti ganyong dan garut. Ganyong, misalnya, adalah umbi yang kaya akan karbohidrat dan sering digunakan sebagai bahan dasar makanan tradisional. Uwi ungu juga menjadi pilihan populer karena rasanya yang manis dan teksturnya yang lembut. Keberagaman pangan ini memberikan banyak pilihan bagi masyarakat untuk mengonsumsi makanan sehat dan bergizi.
Sorgum atau jagung cantel juga mulai diperkenalkan sebagai sumber karbohidrat alternatif di Banten. Sorgum dikenal sebagai tanaman yang tahan terhadap kondisi kering dan dapat tumbuh di lahan marginal. Ini menjadikannya pilihan ideal untuk diversifikasi pangan di daerah yang mungkin menghadapi tantangan dalam produksi beras. Dengan memperkenalkan sorgum, pemerintah berharap dapat mengurangi ketergantungan masyarakat pada beras.
Pengembangan Pangan Lokal
Pemerintah Provinsi Banten melalui Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (BKP) terus berupaya mengembangkan pangan lokal dengan melakukan sosialisasi dan pameran. Salah satu inisiatif yang dilakukan adalah partisipasi dalam Gelar Pangan Nusantara, di mana produk olahan pangan lokal ditampilkan untuk menarik minat masyarakat dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya konsumsi pangan lokal. Produk-produk seperti brownies talas beneng dan keripik berbahan baku umbi-umbian telah mendapatkan sambutan positif dari wisatawan.
Pemerintah juga berperan aktif dalam mendukung pengembangan pangan lokal melalui berbagai kebijakan dan program. Melalui Kementerian Pertanian, pemerintah mendorong penggunaan teknologi dalam pengolahan pangan, sehingga produk lokal dapat memiliki daya saing yang lebih baik. Selain itu, sosialisasi tentang manfaat konsumsi pangan lokal menjadi bagian penting dari strategi ini. Dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pangan lokal, diharapkan akan tercipta permintaan yang lebih tinggi terhadap produk-produk tersebut.
Manfaat Pangan Lokal bagi Kesejahteraan
Makanan lokal tidak hanya menyediakan sumber makanan pokok alternatif yang lebih sehat, tetapi juga mendukung ekonomi lokal. Dengan mengonsumsi makanan lokal, orang dapat meningkatkan pendapatan petani lokal. Selain itu, banyak makanan lokal yang memiliki indeks glikemik rendah dan kaya akan antioksidan, menjadikannya pilihan yang lebih baik dibandingkan beras dan tepung terigu. Hal ini sesuai dengan tren yang membaik dalam kesehatan masyarakat. Makanan lokal Banten tidak hanya kaya akan gizi tetapi juga memiliki indeks glikemik rendah dan lebih aman bagi kesehatan dibandingkan dengan beras dan tepung terigu. Pangan lokal umumnya lebih sehat dikonsumsi karena ditanam dengan cara yang lebih alami tanpa menggunakan pupuk kimia dalam jumlah besar. Selain itu, antioksidan yang terdapat pada umbi-umbian membantu menjaga kesehatan tubuh Anda.
Kuliner Khas Banten
Banten juga terkenal dengan kuliner khasnya yang menggugah selera. Makanan seperti Kue Jojorong, Lepet, Gipang, dan Ketan Bintul merupakan contoh bagaimana bahan-bahan lokal diolah menjadi hidangan lezat. Kue Jojorong, misalnya, terbuat dari tepung beras dan gula merah, sering dijadikan sebagai menu sarapan oleh masyarakat Banten. Makanan-makanan ini tidak hanya memperkaya budaya kuliner daerah tetapi juga menjadi daya tarik bagi wisatawan.
Kue Jojorong adalah salah satu makanan tradisional yang sangat populer di Banten. Terbuat dari tepung beras yang dicampur dengan santan dan gula merah, kue ini memiliki tekstur lembut dan rasa manis yang khas. Kue ini biasanya dibungkus dengan daun pisang dan dikukus, memberikan aroma yang menggugah selera. Kue Jojorong sering disajikan dalam acara-acara khusus seperti pernikahan atau khitanan, menjadikannya simbol kebersamaan dan tradisi masyarakat Banten. Lepet adalah makanan tradisional lainnya yang terbuat dari beras ketan yang dibungkus dengan daun pisang dan dimasak hingga matang. Hidangan ini biasanya disajikan dengan kelapa parut yang telah dibumbui, memberikan rasa gurih dan manis yang seimbang. Lepet sering dijadikan sebagai camilan atau hidangan penutup dalam berbagai acara, menunjukkan betapa pentingnya makanan ini dalam budaya lokal.
Gipang adalah camilan khas Banten yang terbuat dari beras ketan yang dipanggang hingga kering. Camilan ini memiliki tekstur renyah dan rasa yang gurih, sering kali dinikmati sebagai teman minum teh atau kopi. Gipang juga menjadi salah satu oleh-oleh favorit bagi para wisatawan yang berkunjung ke Banten. Ketan bintul adalah kudapan berbahan dasar beras ketan yang ditumbuk halus dan dicampur dengan serundeng kelapa berbumbu. Makanan ini tidak hanya kaya akan karbohidrat tetapi juga mengandung banyak gizi. Ketan bintul memiliki sejarah panjang sebagai makanan favorit Sultan Maulana Hasanuddin, sultan pertama Banten, terutama saat berbuka puasa. Hingga kini, ketan bintul tetap menjadi sajian ikonik saat Ramadan. Sambal buroq adalah sambal khas Banten yang terbuat dari cabai rawit, bawang merah, dan bahan-bahan lainnya yang dihaluskan. Sambal ini memiliki rasa pedas yang menggigit dan sering disajikan sebagai pelengkap berbagai hidangan. Keberadaan sambal buroq menambah cita rasa pada makanan khas Banten lainnya, menjadikannya lebih nikmat.
Keberagaman pangan lokal ini juga tercermin dalam kuliner khas Banten. Misalnya, talas beneng sering diolah menjadi berbagai produk makanan seperti brownies talas yang lezat. Selain itu, ada juga makanan tradisional lainnya seperti ketan bintul dan sambal buroq yang menjadi favorit masyarakat. Makanan-makanan ini tidak hanya enak tetapi juga memperkenalkan kekayaan budaya Banten kepada generasi muda dan wisatawan.
Kesimpulan
Dengan memanfaatkan potensi pangan lokal seperti talas beneng, ganyong, garut, uwi ungu, dan sorgum, Provinsi Banten dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Pangan lokal tidak hanya memberikan alternatif sumber karbohidrat tetapi juga mendukung kesehatan masyarakat melalui pola makan yang lebih bergizi. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mencintai dan mengembangkan pangan nusantara demi masa depan yang lebih baik bagi semua.
Perjalanan pangan lokal dari ladang ke meja di Provinsi Banten juga menunjukkan potensi besar dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Melalui pengembangan dan promosi pangan lokal, pemerintah dan masyarakat dapat menciptakan ekosistem yang mendukung kesehatan serta perekonomian lokal. Dengan mencintai dan mengonsumsi pangan nusantara, kita tidak hanya menjaga warisan budaya tetapi juga berkontribusi pada kesejahteraan bersama. Seperti kata Kepala Bidang Konsumsi dan Keamanan Pangan BKP Banten, “Ayo Kita Cintai Pangan Nusantara Untuk Kesejahteraan Masyarakat dan Keluarga”.
*Ditulis oleh: Marsanda Musarofa. HMI Cabang Serang.